.

Perayaan Imlek Bukti Toleransi Beragama di Aceh

Etnis Tionghoa
Justice Aceh - Banda Aceh, Masyarakat Aceh etnis Tionghoa merayakan tahun baru Imlek 2566 dengan sejumlah kegiatan, diantaranya pertunjukan Barongsai dan sembahyang di Vihara.

Sejak jam menunjukkan pukul 00.00 WIB, tanda bergantinya hari dari Rabu ke Kamis (19/2/2015), masyarakat Aceh yang beragama Kong Hu Chu mulai berdatangan ke Vihara Dharma Bhakti di Simpang Lima, Banda Aceh.

Asap dupa dan lilin mulai menyesaki ruangan Vihara itu. Pukul 00.19 WIB, ruangan sudah sesak dengan asap dupa kendati jamaah Kong Hu Chu masih memadati ruangan itu.

Beberapa orang mengeluarkan air mata saat sedang berdoa, entah karena terharu menyambut Imlek atau karena perih terkena asap. Sebagian lainnya memilih memakai masker untuk masuk ke ruangan yang penuh asap itu. Tong sampah juga disediakan didekat pagar Vihara. Selesai berdoa, biasanya mereka buang tisu di tempat sampah itu.

Seperti dilansirkan Habadaily, Kamis (19/2/2015). Masyarakat Tionghoa datang silih berganti, dupa terus dibakar, percikan dupa juga tampak beterbangan di udara. Tidak sedikit masyarakat Aceh yang menyaksikan perayaan Imlek, tidak sedikit juga wartawan dari berbagai media mengabadikan momen itu.

Beberapa jam kemudian. Ketika mentari baru saja menampakkan rupanya. Jamaah Kong Hu Chu kembali berdatangan ke Vihara Dharma Bhakti, tentunya yang belum sembahyang dan berdoa dinihari tadi.

Masyarakat Aceh pun kembali mengunjungi vihara itu. Dari anak kecil hingga orang dewasa. Tujuan mereka juga beragam, ada yang hanya sekedar melihat, ada yang berfoto selfie, ada juga yang mencari angpau dari jamaah Kong Hu Chu.

Agama Kong Hu Chu merupakan minoritas di Provinsi Aceh yang mayoritas beragama Islam. Meski demikian, salah seorang jamaah, Ruddy Akok (42) mengatakan tidak takut saat sembahyang dan berdoa di vihara. “Rasa risih tidak ada, aman aja,” katanya.

Pria asal Medan itu mengaku sudah delapan tahun tinggal di Aceh. Menurutnya, toleransi antar agama di Aceh termasuk bagus, karena masyarakatnya menghargai setiap upacara dan kegiatan agama di laksanakan.

“Saya tidak merasa ada kendala setiap kali beribadah walaupun ada yang menonton. Kita kan setiap tahun berdoa untuk masa depan kita agar semakin lancar dan maju,” ujar Ruddy.

Pada tahun 1968 hingga 1999, pemerintah Indonesia, kala itu Soeharto pernah melarang perayaan Imlek di rayakan di depan umum. Pemerintah Indonesia saat itu melarang segala hal yang berbau Tionghoa termasuk Imlek.

Namun, etnis Tionghoa kembali mendapatkan haknya pada tahun 2000 ketika pemerintah Indonesia dipimpin oleh Abdurrahman Wahid. Pada tahun 2002, Imlek resmi dinyatakan sebagai salah satu hari libur nasional oleh Presiden Megawati Soekarnoputri



Tags :   #Imlek       

Baca Juga Berita ini close button minimize button maximize button

Berita Lainnya

Nanggroe 999657456497197927

Justice Terkini



Berita Sebelumnya...

Berita Foto


Translate

.
item