.

Harga BBM Naik Akhir Tahun, Ini Dampaknya Buat RI



Justice National - Jakarta, Kuota atau jatah bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi tahun ini yang sebanyak 46,5 juta kiloliter diperkirakan tidak cukup sampai akhir tahun. Jika ini terjadi, maka BBM bersubsidi akan dijual dengan harga pasar yang lebih mahal.

"Seperti dikatakan Pertamina, BBM subsidi akan habis pada Oktober-November 2014. Artinya, setelah itu nggak bisa lagi jual BBM bersubsidi. Otomatis harga BBM naik," kata Ekonom Senior Standard Chartered Bank Fauzi Ichsan seperti yang dilansirkan Detik.com, Senin (22/9/2014).

Dia menjelaskan, saat ini kebutuhan BBM cukup tinggi yaitu mencapai 1,5 juta barel per hari. Sementara angka produksi minyak dalam negeri hanya 800 ribu barel per hari. Selisih 700 ribu barel per hari itu yang harus dipenuhi dengan cara impor.

Fauzi menyebutkan, tingginya angka impor BBM menekan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Harga BBM jenis Premium di tingkat internasional mencapai Rp 11.500 per liter, sementara dijual di dalam negeri hanya Rp 6.500 per liter. 

"Harga impor Rp 11.500 per liter sementara dijual di dalam negeri Rp 6.500 per liter, jadi ada selisih Rp 5.000 yang disubsidi. Sementara subsidi dinikmati 80% oleh orang-orang kaya, artinya hanya 20% orang miskin yang dapat subsidi. Ini salah target dan harus diperbaiki," tegas Fauzi.

Kenaikan harga BBM bersubsidi, lanjut Fauzi, adalah salah satu cara untuk mengatasi masalah ini. Namun, kebijakan ini mengandung risiko seperti lonjakan inflasi.

"Inflasi naik ke 8,5% kalau kenaikan harga BBM 40-45%," katanya.

Tak hanya itu, Fauzi juga memprediksi bakal ada kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) menjadi 8% di tahun ini menyusul kenaikan harga BBM. Dengan tekanan inflasi dan kenaikan bunga, pertumbuhan ekonomi tahun ini diperkirakan hanya sekitar 5%.

Meski demikian, tambah Fauzi, kenaikan harga BBM juga membawa dampak positif. Kenaikan harga akan menyebabkan konsumsi BBM turun sehingga impor berkurang. Nilai tukar rupiah akan menguat karena kebutuhan valas untuk impor bisa ditekan.

"BI Rate kemungkinan akan naik lagi 50 bps menjadi 8% dari saat ini 7,5%. Otomatis pertumbuhan terhempas di 4,8-5% tahun ini. Tapi rupiah menguat ke Rp 11.500 per dolar AS karena impor kan berkurang dengan naiknya harga BBM. Kebutuhan dolar turun jadi rupiah menguat," paparnya

Baca Juga Berita ini close button minimize button maximize button

Berita Lainnya

Nasional 5162389600731842942

Justice Terkini



Berita Sebelumnya...

Berita Foto


Translate

.
item